Lulusan Keperawatan Membludak, Disarankan Praktik Mandiri atau Bekerja di Luar Negeri
Jakarta - Para lulusan lembaga pendidikan keperawatan didorong untuk berani membuka praktik mandiri juga meningkatkan daya saing. Peluang praktik cukup terbuka, terutama di daerah yang fasilitas kesehatannya masih terbatas.
"Praktik keperawatan mandiri selain untuk meningkatkan daya saing, juga menjadi solusi tingginya lulusan keperawatan saat ini, sehingga tidak semuanya bisa tertampung bekerja di fasilitas kesehatan. Lulusan pendidikan keperawatan di Jambi setiap tahunnya mencapai 1.300-an, belum termasuk lulusan dari luar Jambi di kisaran 300-an. Sedangkan daya tampung atau penyerapan mereka hanya sekitar 10%," ujar Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Provinsi Jambi Muhammad Syafrizal, belum lama ini.
Syafrizal menduga, alasan utama belum beraninya perawat membuka praktik mandiri adalah masih minimnya pemahaman tentang prosedur dan aspek legal membuka praktik perawat.
"Prosesnya mengurus Surai Izin Praktik Perawat (SIPP), harus ada yang memulai sehingga yang lainnya akan termotivasi. PPNI Jambi akan terus mendorong mereka," ujar Syafrizal.
Praktik keperawatan, lanjut Syafrizal, telah memiliki payung hukumnya yakni UU No. 38/2014 yang menyebutkan, praktik keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan perawat dalam bentuk asuhan keperawatan.
Solusi lainnya bagi lulusan keperawatan, lanjut Syafrizal, bekerja di luar negeri, terutama Hongkong dan Jepang yang banyak membutuhkan. Untuk itu, keterampilan bahasa harus ditingkatkan. "Perawat minimal harus fasih bahasa Inggris."
Di wilayah Jambi sendiri, kata Syafrizal, PPNI tidak merekomendasikan lagi berdirinya lembaga pendidikan keperawatan. (IZn-persi.or.id)