IHEX 2019: Ketua PERSI Ingatkan Perubahan Teknologi Tiap 4 Bulan dan Masyarakat yang Menua
Jakarta - Kalangan perumahsakitan, termasuk rumah sakit (RS) syariah atau RS yang tengah merintis akreditasi Islami, harus mengantisipasi berbagai tantangan teknologi serta kondisi fisik dan psikis masyarakat di masa depan.
“Ada perkembangan digital hospital, yang sangat lekat dengan kecerdasan buatan yang pada titik tertentu akan menyebabkan karyawan RS menjadi sangat sedikit, berbeda dengan sekarang, RS sangat padat sumber daya manusia,” ujar Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dr. Kuntjoro AP,M.Kes saat berbicara dalam seminar International Islamic Healthcare Conference and Expo 2019 hari ini.
Kuntjoro menegaskan, perkembangan teknologi akan terjadi terus, sehingga pada kondisi tertentu akan menghadapkan RS pada dilema. Pembelian peralatan kesehatan (alkes) canggih, yang bahkan bisa berubah setiap empat bulan, menjadi kebutuhan untuk terus memperbaharui layanan namun sekaligus berisiko pada kondisi keuangan.
“Misalnya, ada risiko alkes idle atau belum dimanfaatkan secara maksimal,” kata dr. Kuntjoro.
Buat mengatasinya, kata Kuntjoro, RS tidak bisa berdiri sendiri. RS harus berkolaborasi, langkah yang bisa dilakukan anggota MUKISI. RS bisa menghimpun kebutuhan atas berbagai barang dan jasa sehingga pembelian bisa dilakukan lebih banyak sehingga bisa menekan harga.
Fakta lainnya, aging society atau masyarakat yang menua, yang berpengaruh pada jenis dan penyakit yang harus diantisipasi RS, bukan cuma dalam layanan medis, namun juga penyesuaian fasilitas.
“Ketika usia harapan hidup meningkat, maka makin banyak masyarakat yang menua yang tentunya membutuhkan banyak layanan kesehatan yang memadai.” (IZn-persi.or.id)