Dokter Anak RSUD Ulin Ciptakan Alkes Lebih Murah 95% dari Pabrikan
Jakarta - Temuan alat bantu pernafasan bayi atau Babies Respiratory Distrees Recovery Deviece (BIRD) oleh tim medis RSUD Ulin terbukti mampu mengurangi angka kematian bayi. Implementasi inovasi ini masuk dalam Daftar Top 40 Inovasi Pelayanan Publik 2018 melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) No. 636/2018.
Penemu inovasi alat bantu pernapasan bayi dr Ari Yunanto SpA mengatakan, inovasi tersebut berawal dari keprihatinannya terhadap angka kematian bayi akibat gawat nafas.
"Tiga penyebab kematian utama pada bayi di Kalsel, yakni gawat nafas, infeksi, berat lahir rendah atau prematur. Gawat nafas merupakan salah satu penyumbang terbesar angka kematian bayi," ujar Ari
Sementara, lanjut Ari, alat bantu nafas yang dapat memberikan tekanan positif yang terus menerus atau "continuous positve airway pressure" (CPAP), jumlahnya sangat terbatas. Jumlah CPAP di rumah sakit atau puskesmas - puskesmas kabupaten/kota Kalsel, sangat terbatas," katanya.
Alat bantu pernafasan bayi yang dijual di pasaran harganya cukup mahal, yakni Rp 91.763.000. Faktor mahalnya alat CPAP inilah hingga menyebabkan mengapa rumah sakit kabupaten/kota atau puskesmas kekurangan alat ini. Sementara ibu hamil yang melahirkan dan harus mendapat pertolongan, jumlahnya tidak bisa diprediksi.
Sementara, alat buatan Ari, teknologi pembuatannya sangat sederhana, yakni dengan cara memodifikasi peralatan yang ada menjadi sebuah alat bantu pernafasan bayi.
Bahkan kalau dirupiahkan, satu alat yang dibuat hanya mengeluarkan biaya Rp 280.000. Sementara keunggulannya, mudah dalam pengunaannya karena merupakan modifikasi dari alat medis yang sehari-hari digunakan dokter atau perawat dalam membantu proses persalinan. (IZn - persi.or.id)