Komunitas Relawan Emergensi Kesehatan Indonesia Luncurkan Aplikasi KREKI-119
Jakarta - Aplikasi daring KREKI-119 diluncurkan Komunitas Relawan Emergensi Kesehatan Indonesia (KREKI). Aplikasi ini bisa digunakan untuk pertolongan pertama pada kondisi kegawatdaruratan oleh masyarakat umum.
"Seringkali, saat terjadi kegawatdaruratan, orang yang paling cepat memberikan pertolongan adalah orang terdekat. KREKI melatih masyarakat untuk menjadi relawan agar bisa memberikan pertolongan," kata Ketua Umum IndoHCF Dr. dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS di Jakarta, akhir pekan lalu.
Supriyantoro memaparkan, aplikasi KREKI-119 merupakan sistem pertolongan pertama pada kegawatdaruratan di masyarakat berbasis komunitas. Penolongnya adalah masyarakat sendiri yang telah dilatih menjadi relawan.
KREKI yang merupakan inisiasi dari Indonesia Healthcare Forum (IndoHCF), komunitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan seseorang memberikan sekaligus mendapatkan pertolongan dan penanganan gawat darurat secara cepat dan tepat.
Aplikasi KREKI-119 bisa diunduh melalui Google Playstore di ponsel pintar berbasis Android. Dengan aplikasi tersebut memungkinkan korban atau orang terdekat mendapatkan pertolongan pertama dari relawan yang selanjutnya akan berkoordinasi dengan PSC-119 atau dengan fasilitas kesehatan terdekat untuk mengevakuasi dan merawat korban.
Hingga kini, lanjut Supriyantoro, KREKI telah memberi pelatihan BHD kepada 1.452 orang dari berbagai komunitas di Jakarta. Tidak hanya itu, KREKI juga aktif menjalin kerjasama dan kemitraan dengan berbagai yayasan, komunitas, dan pemerintah daerah.
"KREKI dibangun guna mendukung program Sistem Penanggulan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) dalam rangka meningkatkan mutu dan kecepatan pertolongan pertama terhadap penanganan gawat darurat. Waktu menjadi unsur terpenting dalam kondisi gawat darurat. Bayangkan jika dalam kondisi tersebut orang itu tidak ditangani secara cepat dan tepat. Yang seharusnya bisa selamat, justru malah memperparah kondisi korban atau bahkan meninggal dunia. Inilah yang melatarbelakangi pembentukan komunitas ini," ujar Supriyantoro.
Peristiwa gawat darurat yang bisa diatasi oleh KREKI, kata Supriyantoro, terdiri atas kecelakaan, penyakit akibat gaya hidup tidak sehat, atau bencana alam. "Kondisi itu bisa terjadi pada siapa pun, kapan pun, dan dimana pun. Keadaan-keadaan tersebut membutuhkan penanganan yang tepat dan akurat agar tidak berakibat pada kecacatan permanen atau kematian."
Komunitas KREKI didirikan pada 5 Desember 2018, terdiri dari berbagai unsur di masyarakat baik individu maupun komunitas. "Untuk menjadi relawan, maka orang tersebut minimal telah mendapatkan pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) singkat tentang bagaimana teknik menolong orang dalam kondisi gawat darurat seperti henti jantung, tersedak benda asing, tersengat petir dan listrik, tenggelam, cara mengangkut korban, pembidaian, dan lain sebagainya."
Pelatihan tersebut diselenggarakan KREKI sendiri ataupun organisasi maupun institusi yang berkompeten. "Jadi, meskipun anggota komunitas adalah masyarakat awam tapi mereka telah memiliki kemampuan dan terlatih dalam memberikan pertolongan dalam kondisi gawat darurat." (IZn-persi.or.id)