Kini Setiap Kementerian dan Lembaga Miliki Alat Ukur Tekanan Darah Mandiri, Jakarta, 22 Februari 2017
Rabu siang (22/2), Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, didampingi Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek, secara simbolis memberikan alat pengukur tekanan darah mandiri (tensimeter scanner) kepada Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yambise, dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadi Mulyono.
Kegiatan yang diselenggarakan di Ruang Auditorium Kantor Kemenko PMK tersebut merupakan salah satu bentuk dukungan kementerian dan lembaga terhadap Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), terutama pada fokus kegiatan cek kesehatan secara berkala. Sebagaimana kita ketahui, GERMAS yang diluncurkan pada November 2016 lalu, berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, mengonsumsi buah dan sayur; serta memeriksakan kesehatan secara rutin minimal 6 bulan sekali sebagai upaya deteksi dini penyakit.
"Hidup sehat itu harus dimulai dan salah satu yang harus dilakukan adalah promotf dan preventif, salah satunya ya ini, supaya kita bisa secara mandiri mengukur tekanan darah kita. Kemudian secara aktif check-up status kesehatan kita. Jangan menunggu sakit baru ke rumah sakit, nantinya terdeteksi sudah terlambat", tutur Menko PMK, Puan Maharani.
Pada kesempatan tersebut, Menko PMK mengapresiasi keberadaan pos pengukuran tekanan darah mandiri dan juga mengharapkan komitmen dari seluruh kementerian dan lembaga untuk dapat memanfaatkan secara maksimal dan menjaga sebaik-baiknya.
"Ini merupakan salah satu komitmen kita bersama untuk menyukseskan GERMAS. Pojok mandiri GERMAS ini diharapkan diletakkan di tempat yang bisa semua orang memanfaatkan namun tetap dijaga agar tetap bisa dipergunakan dengan sebaik-baiknya", tambah Puan.
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara maju dan berkembang, termasuk di Indonesia. Mengingat besarnya masalah penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia, maka dibutuhkan upaya promotif dan preventif yang melibatkan seluruh komponen masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) Kementerian Kesehatan telah mendistribusikan 153 unit alat pengukuran tekanan darah mandiri untuk kementerian dan lembaga.
"Masing masing menerima antara 1 sampai dengan 8 unit dan akan ditaruh di pojok pemeriksaan tekanan daerah atau pos pembinaan terpadu (Posbindu) di masing-masing Kementerian dan lembaga", tutur Menkes.
Di samping itu, untuk deteksi dini faktor risiko/penyakit tidak menular (PTM), Kementerian Kesehatan telah melatih petugas Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) yang merupakan perwakilan dari klinik di masing-masing kementerian dan lembaga. Selain itu, juga telah didistribusikan 245 set Posbindu Kit, yang mana masing-masing kementerian dan lembaga menerima 5 set Posbindu Kit, yang terdiri dari alat pengukur tinggi badan, berat badan, lingkar perut, tekanan darah, alat pengukur kadar gula darah dan kolesterol darah.
Situasi Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, sekitar 17,5 juta (30,97%) dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia diakibatkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari data World Health Statistics WHO (2015) secara global prevalensi peningkatan tekanan darah pada usia 18 tahun keatas menunjukkan 24,0% pada laki-laki dan 20,5% pada perempuan.
Faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah meliputi faktor risiko yang tidak dapat dikontrol (riwayat penyakit keluarga, umur, jenis kelamin) dan faktor risiko yang dapat dikontrol, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), metabolisme lemak yang tidak normal atau dislipidemia), obesitas, merokok, kurang aktivitas fisik, pola makan yang tidak bergizi seimbang, konsumsi minuman beralkohol dan stres. Hipertensi merupakan kondisi dimana seseorang memiliki tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih.
Prevalensi hipertensi akan terus meningkat, diprediksikan pada tahun 2025 sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara, yang sepertiga populasinya menderita hipertensi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 25,8% dan menurut hasil Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 meningkat menjadi 30,9%.
Melalui kegiatan tersebut, diharapkan seluruh pegawai di setiap kementerian/ lembaga dapat dilakukan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko maupun penyakitnya. Disamping itu, dengan adanya alat pengukuran tekanan darah mandiri ini diharapkan setiap orang dapat dan membiasakan diri untuk memantau tekanan darahnya sendiri.
"Mari kita biasakan pegawai kita untuk memantau status kesehatannya, minimal mengecek tekanan darahnya secara rutin. Sekali-kali tolong dikunjungi Posbindunya", tandas Menkes.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, dan email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it..
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH
NIP. 196110201988031013